Rini, Gadis Cantik Bertubuh bohai
Sunday, 26 July 2020
Boshepoker,
Cerita Guru Mesum,
Cerita Seks,
Cerita Seks Pelajar,
daftar boshepoker,
Dewa Domino,
Dewa Poker,
Dewa Sakong,
IDPRO,
Kontol Gede,
Memek Basah,
Memek Sempit,
Ngentot Istri,
PokerV Games,
Toket Gede
Edit
Kulihat jalanan di depan kantorku terlihat lancar, ternyata perkiraanku salah, kurang lebih 1 km dari kantor, jalanan macet total, ya sudahlah nikmati saja daripada menggerutu juga nggak ngurangi macet. Lokasi kantorku kebetulan dekat dengan jajaran pabrik-pabrik, dan jam segitu rupanya macet angkutan umum yg mencari penumpang, tiba-tiba ditengah kemacetan jalanan kulihat didepan sebuah toko ada seorang perempuan yg manis sekali, kulitnya putih, tingginya sekitar 165 cm dengan menggunakan seragam pabrik biru-biru ditutup blazer hitam terbuka yang kelihatan ketat terlihat dadanya begitu menyesakkan baju seragamnya, untuk ukuran karyawan pabrik, cewek itu terlalu cantik, meski bajunya begitu sederhana tidak sebanding dengan kecantikannya.
Kuperhatikan dengan seksama, dia kelihatan memandangku dan tersenyum tipis menatapku, aku pun tersenyum memandangnya, tiba-tiba aku dikagetkan suara klakson mobil dibelakangku, cepat-cepat kutancap mobilku berhubung jalan didepan sudah lancar sekitar 30 meter ke depan. Menyesal sekali aku tdk bisa berhenti waktu itu, kulihat di spion perempuan itu naik angkot di tiga mobil dibelakangku.. Seandainya saja?
Sekira 200 meter jalan lancer, tiba-tiba kemacetan datang lagi, makin sumpek aja aku, akhirnya kulihat didepan ada toko kecil dengan tempat parkir yang agak luas, akhirnya lampu sent mobil kunyalakan kekiri dan aku berhenti, meski masih ada rokok, kuniatkan beli lagi sambil beli minuman ringan, sambil berharap perempuan di angkot belakang bisa ketahuan lagi jejaknya.
Alamak.. Sambil minum teh botol dingin, tiba-tiba saja angkot dibelakang yang membawa perempuan itu berhenti, aku berharap.. Tiba-tiba benar saja perempuan itu turun kemudian membayar ongkos ke sopir di depan. Wah memang benar kalau sudah jodohku nih.. Kulihat perempuan itu masuk juga ke dalam toko, sambil tersenyum tipis dia menuju ke penjual toko itu dan kulihat membeli lima buah indomie, susu dancow dan kopi instan lima sachet.“Lho rumahnya dimana Mbak?” tanyaku sambil tersenyum.
“Oh saya kos dibelakang toko ini, Mas,” jawabnya sambil mencari dompet dari dalam tasnya.
“Nama saya Dodi, boleh kenalan Mbak?” tanyaku sambil menjulurkan tangan buat bersalaman.
“Saya Rini, Mas,” jawabnya sambil senyum dan menjabat tanganku.. Busyet tangannya mulus sekali dan hangat sekali agak berkeringat.
“Berapa Mbak?” kata Rini pada penjual toko sambil mengeluarkan dompetnya.
“Dua puluh sembilan ribu lima ratus Mbak “jawab penjual toko itu.
“Ini saja Mbak, sekalian teh botol satu dan rokok dua bungkus” kataku sambil ngeluarin uang seratus ribu ke wanita penjaga toko.
“Nggak usah Mas, saya ada kok” kata Rini sambil ngeluarin dua lembar uang dua puluh ribuan.
“Ya sudah gini aja, uang ini bawa dulu, tapi saya minta dibikinin kopi dulu, sekalian kalau boleh main ke kos-mu sambil nunggu macet, boleh nggak?” Kataku sambil ngembaliin uangnya.
“Baiklah kalau begitu terima kasih, tapi tempatnya jelek lho Mas, kata Rini sambil tersenyum.
“Ah jangan gitu, saya malah nggak enak nih ngerepotin minta kopi segala” Kataku sambil nerima kembalian dari penjaga toko.
“Mbak, saya titip mobil ya, sekalian ini buat parkirnya,” sambil kukasih wanita penjaga toko uang lima ribu”
“Wah makasih ya Mas” kata penjaga toko.
Rini tersenyum dan mengajakku berjalan di gang sebelah toko itu, jalannya kecil cuman satu meter lebarnya, jadi kalau jalan nggak bisa bareng, harus satu-satu, Rini jalan di depan dan aku dibelakangnya. Kuperhatikan selain dadanya yang membusung, ternyata pinggul dan pantat Rini benar-benar montok habis, sampai-sampai rok yang dipakainya pun membungkus ketat pantat indah itu serasi sekali dengan pinggul yg ramping, ditambah bau tubuhnya yang wangi meski kutahu itu bau parfum biasa.
Kira-kira dua puluh meter jalan, Rini berhenti dan membuka pagar besi kecil disebuah rumah tanpa halaman dan ternyata didalamnya berjajar kamar-kamar kontrakan dengan pembatas tembok satu meter antar kamarnya.“Disini Mas, kamarku paling ujung, dekat dengan kamar mandi, silahkan masuk dulu Mas, aku mau panasin air sebentar buat bikin kopi” kata Rini nyerocos. Kamarnya ternyata cukup bersih, di ruang tamu ada karpet biru, meja kecil ditengahnya dan diujung TV 14 inch terpasang rapi ditambah hiasan manik-manik yang bagus, tak sempat kulihat kamar tidurnya, tapi melihat ruang tamunya tertata rapi aku yakin kamar tidurnya pasti bersih juga.
Kuambil remote TV dan kunyalakan, pas berita sore, kuikuti perkembangan pencalonan presiden dari para politikus negeri ini, tapi aku lebih tertarik melihat foto dibelakangku ternyata foto Rini menggunakan kebaya dan samping, cantik sekali.. Tidak dandan saja dia cantik, apalagi dalam foto itu belahan dada kebaya agak rendah, sehingga sembulan toket putihnya kelihatan seksi dan erotis sekali. “Itu fotoku waktu di kampung bulan lalu Mas, waktu acara kawinan sepupuku” kata Rini sambil membawa dua gelas kopi.
“Memangnya kampungmu dimana? Dan lagi jadi apa waktu acara itu?” Tanyaku sambil membantu nurunin gelas kopi ditaruh di meja.
“Kampungku di Cianjur Mas, waktu itu aku kebagian ngisi nari Jaipongan, yah gini-gini aku penari Jaipongan Mas, meski hanya sebatas acara di kampung aja” Kata Rini sambil tersenyum manis. “Pantesan, tapi cantik juga kamu baju kebaya ya, lebih sensual dan menarik” Kataku sambil memandang wajah cantiknya.
“Pantesan apa Mas? Masak orang kampung gini dibilangin sensual dan menarik” Kata Rini.
“Pantesan tubuh kamu bagus dan terawat itu karena rajin jaipongan ya”
“Ah Mas, bisa aja,” katanya sambil mencubit tanganku.
“Silahkan Mas diminum kopinya, aku tinggal sebentar ya mau mandi dulu, udah gerah banget nih rasanya” Rini masuk ke dalam kamarnya dan mengambil peralatan mandi, letak kamar mandi kontrakan itu ada di luar tapi masih dekat dengan kamar Rini mungkin cuma sekitar 4 meter saja dari pintu kamarnya.“Tunggu sebentar ya Mas, silahkan diminum kopinya” Rini berjalan dengan berkalungkan handuk putih dipundaknya, sementara rambutnya diikat ke belakang, terlihat cantik dan alami sekali.
Sekitar sepuluh menit Rini di dalam kamar mandi, kudengar suara, ‘waduh gimana nih bajunya basah gini,’ akhirnya aku mendekat kamar mandi dan berteriak.
“Ada apa Rin? Ada yang bisa saya bantu?” kataku sedikit cemas dan heran.
“Nggak apa-apa kok Mas, bajuku pada jatuh dan basah, Mas apa diluar ada orang lain?” Tanya Rini sambil teriak.
“Ntar aku lihat dulu, ke pintu depan” kataku sambil berjalan ke pagar dan gang kecil menuju rumahnya.
“Nggak ada siapa-siapa” Kataku sambil mendekat ke pintu kamar mandi. Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan kulihat Rini hanya berbalut handuk putihnya, kulihat pundaknya putih sekali, sementara toketnya yang montok sedikit menyembul dan pahanya yang putih dan mulus sekali terlihat tertutup handuk kira-kira 20 cm diatas lututnya, wah aku jadi kaget sekali dan tiba-tiba Rini menengok dari belakang pintu dan berlari menuju kamarnya. “Sorry ya Mas, bajuku pada basah semua, aku ganti baju dulu ya,” kata Rini sambil berlari dengan tubuh mulus terbalut handuk.
Melihat pemandangan yang menggairahkan itu, mengakibatkan otot dalam celanaku berdenyut-denyut, dan sedikit mengembang, ‘gile bener, tubuhnya montok bener’. Kataku dalam hati, sambil masuk ke kontrakannya dan melihat-lihat lagi foto sensualnya.“Maaf ya Mas, sebenarnya aku malu tadi,” kata Rini sambil duduk di sampingku, Rini sore itu memakai kaos kuning dan bawahan celana strit hitam ketat sebatas lutut, namun kaos panjangnya menutupi bagian bawah sampai 10 cm diatas lutut.
Malam itu kita hanya ngobrol saja sampai jam delapan malam, dari obrolan itu kutahu kalau Rini sudah hampir setahun bekerja, pernah kuliah D-1 bagian Sekretaris dan sekarang bekerja di bagian administrasi keuangan sebuah pabrik, dan kutahu bahwa Rini sudah punya pacar di kampungnya, namun orangtuanya kurang setuju.“Jangan kapok main ya Mas,” kata Rini berharap.
“Justru aku yang berharap boleh main kesini lagi kalau kamu nggak keberatan,” kataku sambil memakai sepatu, sambil berjalan pulang kuberikan kartu namaku.
“Kalau ada apa-apa telpon aja,” kataku sambil bersalaman, perlahan kuremas tangan halusnya dan Rini kelihatan malu dan tertunduk.
“Daah” aku pamitan dan Rini mengantarkan aku sampai ke tempat parkir. Setelah perkenalan itu, kurang lebih dua bulan, kami hanya bersahabat saja, bahkan Rini menyatakan kekaguman karena aku nggak pernah bertindak tidak sopan, meski kami sering pulang sampai jam 10 malam, paling hanya berpegangan tangan saja, entahlah mungkin lama-kelamaan dia mulai sayang, meski sudah kuceritakan bahwa aku sudah beristri dan punya seorang anak. Hingga suatu hari, aku masih ingat itu hari Rabu, dia menelpon ke HP-ku,“Mas, aku pengen ngobrol bisa nggak, sore ini jemput aku ya?” kata Rini di telepon.
“Oke, emangnya ada apa?” Tanyaku.
“Yah pokoknya nanti aja deh, aku mau cerita, udah dulu ya, sampai nanti di tempat biasanya,” Rini menutup telponnya.Tepat jam 16.30 aku meninggalkan kantor, kulihat dari kejauhan Rini sudah menunggu dan sedikit melambaikan tangan kegirangan. Rini masuk ke mobilku dan tersenyum.“Mas, kita jangan pulang dulu ya, aku pengen cerita banyak dan menenangkan hatiku,” kata Rini sambil menatapku.
“Oke, kita jalan-jalan ke Ciater aja ya, disana kita bisa berendam air panas sambil ngobrol,” ajakku sambil terpikir ada kolam renang yang memang cukup nyaman untuk berendam di malam hari.
“Oke, kayaknya asyik juga tuh,” Kata Rini mengiyakan. Aku menelepon ke rumah, dan bilang ada pekerjaan di kantor yang harus diselesaikan, kalau ada apa-apa ngebel aja ke kantor, kebetulan aku sudah setting teleponku tiga kali kring di-forwardkan ke HP-ku.“Kamu ada masalah apa, kok kelihatan kusut begitu?” kataku sambil mencubit dagu Rini.
“Nggak tahu kenapa aku pengen cerita masalahku ke Mas, kayaknya aku tenang kalau udah ada di sampingmu Mas,” kata Rini sambil memegang lenganku. Posisi mobilku memang agak susah untuk berdekatan, hingga akhirnya Rini hanya bisa memegang lenganku saja. Sambil sedikit berkaca-kaca, Rini menceritakan bahwa pacarnya di kampung sudah memutuskan hubungan dengannya. Selama di perjalanan aku banyak kasih nasehat dan pengertian kepadanya, dan dia pun kelihatan lebih tenang.
Sampai di Ayam Goreng Brebes, Lembang aku memarkirkan mobilku.“Kita makan dulu yuk,” ajakku. Berhubung tempat parkirnya penuh, aku agak jauh memarkir mobilku, dan baru kali ini Rini berani berjalan disampingku sambil memeluk pinggangku, aku pun akhirnya merapatkan tubuh dan memeluk pundaknya sambil menuju ke tempat makan. Menuju ke Ciater, diperjalanan Rini memandangku terus dan tiba-tiba saja bibirnya mengecup pipiku, aku agak gugup namun menikmati juga, sambil sesekali kuremas tangan halusnya. Wah mau nggak mau banyaknya rangsangan selama perjalanan mulai mempengaruhi adrenalinku juga. Dan sesampai di Ciater ternyata suasananya hujan agak deras, jam sudah menunjukkan jam delapan malam, berendam di kolam renang rasanya nggak mungkin, pulang juga sudah terlanjur, akhirnya kutawarkan ke Rini.“Gimana kalau kita berendamnya di kamar aja?” Aku agak khawatir dia keberatan, tapi katanya, “Ya terserah Mas aja” kata Rini.
Di front room hotel, aku booking satu kamar yang ada bathtub buat berendam air panas, didepan meja front room Rini masih memeluk pinggangku, kali ini terasa kelembutan dadanya menyentuh badanku, dan ini mau nggak mau berpengaruh pada otot pejal didalam CDku. Malam itu Ciater dingin banget, kabut turun tebal banget setelah hujan, hingga perjalanan menuju ke kamar pun harus perlahan, petugas hotel sudah menunggu di depan kamar dan membukakan pintu kamar.“Silahkan Pak, silahkan Bu, apa ada yang dipesan?” kata petugas hotel ramah, mengira kami pasangan suami istri.
“Sementara belum Mas, nanti saja kalau perlu saya telpon dari kamar,” kataku sambil memberi sedikit tips buat petugas hotel. Rini masuk ke kamar dan aku masih duduk di ruang TV, sambil mencari-cari chanel yang bagus, sambil melepas penat dua jam lebih di belakang kemudi. Tiba-tiba Rini keluar dari kamar, alamak Rini sudah berganti baju dengan celana pendek pink ketat dan kaos senam ketat putih polos pendek hingga kelihatan pusarnya, kulihat bayangan puting toketnya yang kecoklatan, tanpa dibungkus beha, pahanya putih dan mulus menantang, sementara pantatnya yang bahenol tercetak ketat di celananya dan dadanya benar-benar montok menantang.“Ayo Mas, katanya mau berendam? Jangan liatin gitu dong,” Kata Rini sambil duduk disampingku.
“Oke, tapi aku nggak bawa baju berendam nih,” kataku sambil membuka baju kerjaku, aku yang sudah tidak kuat melihat pemandangan yang memancing birahi itu.
“Mas, badanmu kekar juga ya, “kata Rini sambil memeluk lenganku dari samping, terasa toket montoknya melekat erat di lenganku. Perlahan kuusap paha putih Rini dan tiba-tiba Rini berdiri dan duduk di pangkuanku, akhirnya tubuh montok itu kupeluk sambil kuangkat kakinya, kuletakkan pahanya yang putih, mulus dan hangat itu diatas pangkuanku. Perlahan Rini menatap mataku, kemudian memelukku erat sekali, terasa sekali kekenyalan toket montoknya, meski terhalang kaos tipis yang dipakainya, cukup lama Rini menyembunyikan wajahnya di bahuku, kemudian dia berkata lirih.“Mas, aku sayang kamu, aku takut kehilangan kamu Mas,” kubelai perlahan rambutnya, kurenggangkan pelukannya dan kutatap mata Rini, dalam hitungan detik, bibir kami saling melumat.
pertama agak perlahan, sambil kunikmati kelembutan bibirnya, cukup lama kami beratraksi dengan bibir kami dan makin lama pagutan dan ciumannya makin buas, dan kami pun saling melumat bibir. Perlahan ciuman kami agak melemah, lembut kuciumi lehernya, belakang telinga dan pundaknya, kukecup lembut tanpa suara, tangan kananku mendarat perlahan di dadanya, begitu padat, kenyal dan kencang, sementara tangan kiriku perlahan mengangkat kaos ketatnya. Rini menengadahkan wajahnya dan membusungkan dadanya sambil mengangkat tangannya, dan segera kulepas kaos ketatnya, betul-betul keindahan toket seorang wanita yang kulihat didepanku, kulitnya yang putih bersih tanpa cacat, ditambah sepasang toket yang montok, padat dan menantang, perlahan kujelajahi dan kusapu lembut gunung indah nan menantang itu, dan perlahan kuusap putingnya yang menonjol keras kecoklatan, mungkin dia sudah terangsang.“Mas, pantatku kayak ada yang mengganjal nih, dibuka celananya ya Mas, biar nggak sakit,” kata Rini.
Aku berdiri dan Rini membuka resletingku, melepas ikat pinggangku dan menurunkan celanaku.“Apa itu Mas?” kata Rini sambil menutup matanya dengan jari yang masih terbuka. Otot penisku yang sudah membesar dan mengeras sekali, tercetak jelas pada celana pendek katun yang ketat, perlahan kutarik tangan Rini, kutempelkan tangannya menyusuri bonggol keras dari luar celana pendekku, perlahan dan lama-lama Rini berinisiatif meremas penisku dari luar celana pendekku. Kubiarkan Rini mengelus dengan jemarinya dan sesekali meremas, kadang pelan kadang agak kuat, mungkin dia mulai menikmati mainan barunya, sementara kunikmati aliran kenikmatan, sambil kulihat ekspresinya.“Gimana Rin?” kataku sambil menatap matanya.
“Mas, aku belum pernah melakukan seperti ini, tadinya malu sekali aku melihatnya, ternyata kemaluan cowok bisa segede ini ya?” katanya sambil tersipu.
“Kalau kamu mau, kamu boleh buka celanaku” kataku.
Perlahan tangan halus itu menurunkan celana pendekku dan tiba-tiba penisku yang sudah tegak dan berdiri keras seolah miniatur tugu monas, Rini menatap tak berkedip melihat kemaluanku, pelan jarinya mengelus batangku yang tegang seperti kayu, urat-urat yang menonjol dia telusuri perlahan, alamak nikmat sekali, dan garis urat di tengah-tengah bagian belakang ditelusurinya perlahan, penisku berkedut-kedut dan tiba-tiba diremasnya kantong pelerku, sungguh kenikmatan yang luar biasa.
Kutarik Rini untuk berdiri, kebelai pinggul indahnya, berputar kebelakang meremas bongkahan pantatnya yang bahenol, kupeluk dan kuusap erat punggungnya, perlahan kukecup lehernya, belakang telinganya dan pundaknya, kulihat dan kurasakan kulitnya merinding, Rini mempererat pelukannya dan menempelkan ketat dadanya yang padat membusung ke dadaku, paduan antara kehangatan dan aliran birahi yang mengalir lewat kulitnya. Rini yang hanya tinggal memakai CD tipis warna pink, menggoyangkan dan menempelkan ketat kemaluanku yang sudah tegang membesar ke daerah bukit venusnya, meski masih terpisahkan CDnya, namun kurasakan ada kelembaban dari balik CDnya.
Kulihat mata sendu Rini menikmati foreplay yang panjang malam itu, kelihatan dia sudah terangsang sekali, dari sorotan matanya dan pelupuk matanya yang agak sembab, serta toketnya yang kencang menantang dengan puting yang mengeras. Kuraba CDnya dan kuturunkan, Rini membantu menurunkan CDnya dan melempar dengan ujung kakinya, sambil kucium dan kulumat bibir seksinya, kujamah dan kuremas toket montoknya, dan serta merta kuangkat tubuh telanjang nan mulus itu ke kamar dan kutidurkan diatas kasur bersprei putih bersih.
Sambil tetap menciuminya, aku tidur merapatkan ke tubuhnya, kaki kuangkat dan kugesek-gesekkan diatas paha putihnya, sementara tanganku kembali meremas dadanya yang kian montok dan menggunung dengan puting susunya yang menonjol kecil kecoklatan. Perlahan aku turun menciumi lehernya dan memutar-mutarkan lidahku ke gunung kembarnya bergantian, kusapu hingga basah dengan menyisakan puting, pada bagian akhir nanti, sementara tanganku menjelajah ke pangkal pahanya, menyibak rambut kemaluannya yang halus menghitam itu, kuusap bibir memeknya dan Rini menggelinjangkan pinggulnya.
Kuperhatikan Rini memejamkan matanya menikmati sentuhan dan rangsangan yang kuberikan, sementara tanpa sadar penisku yang tegak dan keras, diremasnya perlahan dan kadang menguat saat rangsangan datang menguat. Kumainkan ujung jariku menyapu bibir memeknya yang sudah membasah dan kusapu pelan belahan lubang memeknya yang membasah, sambil kujilati putingnya dengan ujung lidahku bersamaan kuputar perlahan kelentitnya dengan ujung jari telunjukku, Seirama antara jilatan lidahku di ujung putingnya dan usapan ujung jari telunjukku di ujung kelentitnya, serta merta Rini menggoyangkan pantat dan pinggulnya, menggeleparkan dan membuka lebar pahanya dan membusungkan dadanya hingga kelihatan merangsang sekali, sambil menutup matanya dengan bibir yang membasah dan sedikit terbuka, sementara tangannya menggenggam erat sekali kemaluanku yang masih mengeras dan berdenyut-denyut.“Uuff mmaas, kau apakan tubuhku ini,” mulut Rini mengerang menahan kenikmatan.
Tubuhnya menggelinjang keras sekali, pahanya bergetar hebat dan kadang menjepit tanganku dengan erat saat jariku masih menyentuh kelentitnya, dan tiba-tiba penisku dicengkeram dengan keras seolah mengajak untuk menikmati orgasmenya dalam foreplay itu. Kuremas dengan irama perlahan toketnya yang tambah mengeras dan membusung itu dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku terjepit diantara kedua paha mulusnya, kemaluanku diremasnya dan tangan satunya memelukku erat sementara paha dan kakinya menggelepar keras sekali hingga sprei putih itu berserakan tak karuan, orgasme pertama sudah dirasakannya.
Tanpa berhenti kumainkan pelan tanpa henti kelentitnya, dan mungkin sekarang Rini sudah terangsang kembali. “Mas, tolong masukkan, aku ingin merasakannya sayang,” katanya sambil menghiba dan meringis menahan kenikmatan tiada tara yang dirasakannya. Perlahan aku menaiki tubuhnya, pahaku menempel erat dipahanya yang mengangkang dan kepala penisku menempel di kelentitnya menggantikan ujung jari telunjukku. Sambil kuciumi leher putihnya, pundak dan belakang telinganya, kepala penisku bergerak-gerak mengelilingi bibir memeknya yang hangat dan basah, kulihat Rini merem melek menikmati benda pejal di bibir memeknya, lidahnya menyapu bibirnya hingga membasah, dan wajahnya memerah dengan mata merem melek tak beraturan.
Dengan perlahan akhirnya sedikit demi sedikit kumasukkan batang penisku ke dalam memeknya, saat kucoba menyelipkan kepala penisku ke mulut memeknya rasanya peret dan sulit sekali, kulihat Rini sedikit meringis dan membuka mulutnya dan sedikit menjerit.“Aah,”Namun akhirnya kepala penisku sudah mulai masuk dan mulai kurasakan kehangatan memeknya, perlahan kumasukkan sesenti demi sesenti, pada sekitar centimeter ke 4 menuju ke 5, Rini tiba-tiba berteriak dan menjerit.“Aduh Mas sakit sekali,” katanya, “Seperti ada yang menusuk dan nyerinya sampai ke perut,” katanya.
“Aku cabut aja ya?”
“Jangan, biarkan dulu kutahan rasa sakit ini,”Aku yang sudah merasa kenikmatan yang luar biasa dan sedikit demi sedikit mulai kumasukkan lagi batang penisku.
Kulihat Rini meneteskan air mata, namun tiba-tiba dia menggoyangkan pantatnya dan tentunya akhirnya penisku hampir seluruhnya masuk, kenikmatan yang belum pernah kurasakan, penisku serasa digigit bibir yang kenyal, hangat, agak lembab dan nikmat sekali. Akhirnya kami pun mulai menikmati hubungan badan ini. “Mas rasa sakitnya sudah agak berkurang, sekarang keluar masukkan penismu Mas, rasanya nikmat sekali” Perlahan aku mulai mengayun batang penisku keluar masuk ke memek Rini, kulihat tangannya diangkat dan memegang erat-erat kepalanya dan akhirnya menarik sprei tempat tidurnya, sementara pahanya dia kangkangin lebar-lebar dan mencari-cari pinggulku, hingga akhirnya kakinya melingkar di pantatku dan seolah meminta penisku untuk dimasukkan dalam-dalam ke memeknya.
Beberapa kali ayunan, akhirnya aku agak yakin dia sudah tidak begitu merasakan sakit di memeknya, dan kupercepat ayunan penisku di memeknya. Rini berteriak-teriak dan tiba merapatkan jepitan kakinya di pantatku, kepala menggeleng-geleng dan tangannya menarik kuat-kuat sprei tempat tidurnya, mungkin dia mau orgasme, pikirku. Tiba-tiba tangannya memelukku erat-erat dan kakinya makin merapatkan jepitannya di pantatku, kurasakan toket besarnya tergencet dadaku, rasanya hangat dan kenyal sekali, aku diam sejenak dan kubenamkan penisku seluruhnya di dalam memeknya. “Oh, mmas aku keluar.. Ahh.. Ahh.. Ahh,”Aku merasakan nikmat yang amat sangat, penisku berdenyut-denyut, rasanya aliran darah mengalir kencang di penisku, dan aku yakin penisku sangat tegang sekali dan begitu membesar di dalam memek Rini, sepertinya aku juga akan mengeluarkan air kejantananku.
Beberapa saat kemudian, kubuka sedikit jepitan kaki Rini dipantatku, sambil kubuka lebar-lebar paha Rini, kulihat ada cairan kental berwarna kemerah-merahan dari memek Rini, penisku rasanya licin sekali dialiri cairan itu, dan akhirnya dengan cepat aku kayuh penisku keluar masuk dari memek Rini, nikmat sekali rasanya. Ada mungkin delapan sampai sembilan kayuhan penisku di memek Rini, tiba-tiba kurasakan ada sesuatu yang akan meledak dari dalam penisku dan akhirnya.. Croot.. Croot.. Croot.. Croot..Memeknya berdenyut-denyut menikmati aliran maniku yang hangat, sementara kurasakan batangku masih berdenyut-denyut nikmat, kubenamkan batangku dalam kehangatan memeknya yang basah.
Kupandang wajahnya yang berkeringat, perlahan kusapu dengan tanganku dan kuciumi dengan penuh rasa sayang, akhirnya kamipun terkulai lemas dan Rini memeluk tubuhku erat, tanpa mempedulikan cairan yang merembes keluar dari lubang kenikmatannya. Ada lebih sejam kami tertidur dalam kenikmatan, dan selanjutnya berdua kita berendam dengan air hangat di bathtub, hingga badan pun terasa segar kembali. Setelah menikmati makan malam di cafeteria, akhirnya kami pun kembali ke kamar jam 12.00 malam, mengulangi permainan dengan lebih ganas hingga jam 1 dini hari, kami pun tertidur tanpa busana, dan kupeluk tubuh telanjangnya dalam kehangatan selimut.
Hingga esoknya kuputuskan untuk mengambil cuti sehari dan sebelum checkout jam 12 siang, kami masih menyisakan dua kali permainan di kamar tidur dan di bathtub. Lain kali akan kuceritakan pengalamanku dengan Rini di kampungnya saat aku mengantarnya mudik.
0 Response to "Rini, Gadis Cantik Bertubuh bohai"
Post a Comment